Friday 22 September 2023

Hati-Hati Terhadap Dosa Yang Tersembunyi

 Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah subhanahu wata'ala. sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasalam. 

Didalam Al quran Allah sering memerintahkan kita untuk senantiasa bertaqwa. Nasihat taqwa telah Allah perintahkan kepada umat-umat terdahulu dan kepada umat ini. 

 ۗ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

Telah kami wasiatkan kepada ahli kitab sebelum kalian dan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah. (QS Annisa : 131)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam bersabda : 

 اتق الله حيثما كنت
Bertaqwalah dimanapun kalian berada. (HR At Tirmidzi)

Dari hadist ini kita diperintahkan untuk bertaqwa dimanapun kita berada. Baik ketika bersama manusia ataupun ketika sendirian. Karena biasanya bertaqwa ketika dihadapan manusia lainya itu lebih mudah dibandingkan ketika sendirian. Apalagi dizaman yang seperti sekarang ini teknologi HP yang canggih yang hampir semua orang mempunyai. Maka bertaqwa ketika sendirian ini menjadi hal yang berat kecuali bagi orang-orang yang dirahmati oleh Allah. Karena ketaqwaan dikala sendiri termasuk tanda ikhlasnya dia dalam beramal, ketika ia beramal dikala sendirian maka hal ini menunjukan bahwa iya beramal lillahi ta'ala semata bukan untuk riya ingin disanjung dan dipuji. Maka bertaqwalah dimanapun kita berada termasuk juga dalam menjauhi maksiat di kala sendirian.

Tanamkan dalam diri kita untuk terus merasa diawasi oleh Allah dimanapun kita berada. Karena sesungguhnya Allah maha mengetahui dan maha mendengar apa yang ada di Bumi dan di langit bahkan sampai apa yang ada di dalam hati manusia. 

يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّوْنَ وَمَا تُعْلِنُوْنَۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ
Terjemahan
Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati.  (QS At Taghobun : 4)

Dan ingatlah sesungguhnya disamping kanan kiri kita ada malaikat yang senantiasa mencatat amal kita. 


وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ ﴿١٦﴾ إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ ﴿١٧﴾ مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang telah dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya. Yaitu ketika kedua malaikat mencatat amal perbuatannya, satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. [Qâf:16-18].

Yang mana catatan amal itu akan diperlihatkan kepada kita di hari kiamat kelak. Jangan sampai kita menjadi orang yang merugi dan menyesal yang mana penyesalan pada hari itu tiada guna. 

sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala,

فَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُواْ كِتَٰبِيَهۡ

“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata, ‘Ambillah, bacalah kitabku (ini)’.” (al-Haqqah: 19)

Si mukmin akan bahagia. Ia pun senang ketika orang-orang melihat kitab catatan amalnya karena dia sangat bahagia.

Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan hamba-Nya yang beriman di dalam kitab-Nya,

إِنِّي ظَنَنتُ أَنِّي مُلَٰقٍ حِسَابِيَهۡۡ

“Sesungguhnya aku yakin bahwa aku akan menemui hisab terhadap diriku.” (al-Haqqah: 20)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ ٢١ فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ ٢٢ قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ ٢٣ كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيٓ‍َٔۢا بِمَآ أَسۡلَفۡتُمۡ فِي ٱلۡأَيَّامِ ٱلۡخَالِيَةِ ٢٤

“Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan), ‘Makan dan minumlah dengan nikmat disebabkan amalan yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu’.” (al-Haqqah: 21—24)

Adapun orang kafir, dia akan diberi kitab catatan amalnya dan diterima dengan tangan kiri, dari balik punggungnya, wal ‘iyadzu billah. Firman-Nya,

وَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي لَمۡ أُوتَ كِتَٰبِيَهۡ ٢٥

“Dan adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata, ‘Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)’.” (al-Haqqah: 25)

Dia pun berangan-angan seandainya dia tidak diberi kitab catatan amalnya dan tidak diperlihatkan kitab tersebut di hadapannya karena dia malu dan kecewa. Firman-Nya,

وَلَمۡ أَدۡرِ مَا حِسَابِيَهۡ ٢٦ يَٰلَيۡتَهَا كَانَتِ ٱلۡقَاضِيَةَ ٢٧

“Aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Duhai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.” (al-Haqqah: 26—27)

Maknanya, “Aduhai, kiranya aku tidak dibangkitkan. Aduhai, kematian itu akhir dari (segala urusan).”

مَآ أَغۡنَىٰ عَنِّي مَالِيَهۡۜ ٢٨ هَلَكَ عَنِّي سُلۡطَٰنِيَهۡ ٢٩ خُذُوهُ فَغُلُّوهُ ٣٠ ثُمَّ ٱلۡجَحِيمَ صَلُّوهُ ٣١ ثُمَّ فِي سِلۡسِلَةٍ ذَرۡعُهَا سَبۡعُونَ ذِرَاعًا فَٱسۡلُكُوهُ ٣٢

“Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku. (Allah berfirman), ‘Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta’.” (al-Haqqah: 28—32)

وَوُضِعَ ٱلْكِتَٰبُ فَتَرَى ٱلْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَٰوَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا ٱلْكِتَٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ أَحْصَىٰهَا ۚ وَوَجَدُوا۟ مَا عَمِلُوا۟ حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

Artinya: Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun". (QS Al Kahfi : 49)

Jangan sampai kita menjadi hamba yang terlihat soleh bertawqa dihadapan manusia, namun tidak bertaqwa ketika sendirian. yaitu hadits Tsauban radhiallahu ‘anhu di mana Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih. Kemudian Allah menjadikannya debu yang berterbangan.” 

Tsauban bertanya, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka dan jelaskanlah perihal mereka agar kami tidak menjadi seperti mereka tanpa disadari.”

Beliau bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian, tetapi mereka adalah kaum yang jika bersendirian mereka menerjang hal yang diharamkan Allah.” (Shahih. HR. Ibnu Majah).


   




No comments:

Post a Comment